Belajar Online Free
Toko Muslim Diskon

3 Sebab Terbesar Diampuninya Dosa

3 Sebab Terbesar Diampuninya Dosa

Download Kajian "3 Sebab Terbesar Diampuninya Dosa"(MP3) Download

Bismillahirrahmanirrahiim, Alhamdulillah, kita memuji kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan sebanyak-banyak pujian, dan kita bersaksi bahwasanya tidak ada sesembahan yang berhak disembah melainkan Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan kita juga bersaksi bahwasanya Muhammad adalah hamba Allah dan utusan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Semoga Allah senantiasa melimpahkan shalawat dan salamNya kepada beliau beserta keluarganya dan kepada para sahabatnya, serta kepada pengikutnya yang setia hingga akhir zaman kelak.

Pada kesempatan yang sangat berbahagia ini saya akan menyampaikan satu hadist yang sangat agung, dimana dalam hadist ini Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam mengumpulkan sebab-sebab yang terbesar yang menyebabkan terampuninya dosa-dosa. Hadist ini diriwayatkan oleh Imam at-Tirmidzi dalam Sunannya dari sahabat Anas bin Malik Radhiyallahu Ta’ala ‘anhu.

عَنْ اَنَسِنِ بْنِ مَالِكِ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وَ سلّمَ يَقُوْ لُ, قَالَ اللهُ: يَاابْنَ اٰدَمَ اِنَّكَ مَادَعَوْتَنِى وَرَجَوْتَنِى غَفَرْتُ لَكَ عَلٰى مَاكَانَ مِنْكَ وَلَااُبَالِى، يَاابْنَ اٰدَمَ، لَوْ بَلَغَتْ ذُنُوبُكَ عَنَانَ السَّمَٓاءِ ثُمَّ اسْتَغْفَرْتَنِى، غَفَرْتُ لَكَ،يَاابْنَ اٰدَمَ، اِنَّكَ لَوْاَتَيْتَنِى بِقُرَابِ الْاَرْضِ خَطَايَا، ثُمَّ لَقِيْتَنِى لَا تُشْرِكُ بِى شَيْئًا، لَاَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَامَغْفِرَةً (رواه الترمذى)

“Dari Anas bin Malik Radhiyallahu Ta’ala ‘anhu berkata:”Saya mendengar Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda, Allah berfirman:”Wahai anak Adam, selama engkau berdoa kepadaKu dan selama engkau berharap kepadaKu, maka Aku akan mengampuni dosa-dosa yang ada pada dirimu dan Aku tidak perduli. Wahai anak Adam, kalau seandainya dosa-dosamu sangatlah banyak sampai ke awan yang ada di langit, kemudian engkau meminta ampun kepadaKu, maka Aku akan mengampuni engkau. Wahai anak Adam, kalau seandainya engkau datang kepadaKu dengan membawa dosa-dosa sebesar bumi, kemudian engkau bertemu dengan Aku dalam keadaan tidak berbuat syirik kepadaKu sama sekali, maka Aku akan mendatangi engkau dengan ampunan pula sebesar bumi.”

Hadist yang agung ini merupakan hadist qudsi, yang mana terdapat perkataan (firman) Allah Subhanahu wa Ta’ala, dimana Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan bagaimana luasnya rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala dan bagaimana luasnya ampunan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan dalam hadist ini Allah menjelaskan bahwasanya Allah Subhanahu wa Ta’ala mengampuni dosa-dosa, betapapun besar dosa-dosa tersebut, betapapun banyak dosa-dosa tersebut, Allah akan mengampuni dosa-dosa itu. Dan Allah tidak perduli dengan besarnya dosa dan banyaknya dosa. Kenapa ? karena Allah Subhanahu wa Ta’ala هُوَ الْغَفُوْرُالرَّحِيْمِ, Allah adalah maha pengampun lagi maha sayang kepada hamba-hambaNya, maha rahmat kepada hamba-hambaNya. Oleh karena itu Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِن رَّحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعاً إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

“Katakanlah: "Wahai hamba-hambaKu yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri(tenggelam dalam dosa, terjerumus dalam gelimangan dosa), janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah (janganlah kalian berputus asa dari kasih sayang Allah Subhanahu wa Ta’ala). Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya (dosa-dosa seluruhnya sangatlah mudah untuk diampuni oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala). Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS Azzumar:53)

Kalau kita perhatikan dalam hadist ini, Allah Subhanahu wa Ta’ala menunjukkan bagaimana karuniaNya yang sangat luas, menunjukkan bagaimana nikmat Allah yang sangat luas, sampai Allah Subhanahu wa Ta’ala mengulang-ulangi يَاابْنَ اٰدَمَ, يَاابْنَ اٰدَمَ dalam hadist tersebut. Allah memanggil hambaNya, wahai anak Adam. Allah panggil kita, Allah memanggil hambaNya yang berdosa, Allah mengulang-ulang panggilanNya kepada hambaNya yang bergelimang dengan dosa. Allah pun mengatakan berulang-ulang dalam hadist ini غَفَرْتُ لَك غَفَرْتُ لَك Allah ulang-ulangi, menekankan bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala akan mengampuni dosa-dosa. Allah ulangi, saya akan mengampuni dosa-dosa engkau, saya akan mengampuni dosa-dosa engkau, dan saya akan mengampuni dosa-dosa engkau. Ini semua menunjukkan akan luasnya rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala dan besarnya kasih sayang Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada hamba-hambaNya. Oleh karena itu, Allah Subhanahu wa Ta’ala sangat suka, sangat cinta kalau hambanya berusaha untuk melaksanakan atau menjalankan sebab-sebab yang dapat mendatangkan ampunan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena sebagaimana kita ketahui, ampunan Allah Subhanahu wa Ta’ala datang kepada hamba-hambaNya tentu ada sebab-sebabnya. Dan dalam hadist yang sangat agung ini Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa sallam telah menjelaskan tentang sebab-sebab yang terbesar yang mendatangkan ampunan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Secara global sebab-sebab tersebut ada 3 (tiga):

1. Berdoa disertai dengan roja’, berdoa disertai dengan pengharapan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala;
2. Beristighfar, memohon ampun kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala;
3. Tauhid, bertauhid kepada Allah subhanahu wa Ta’ala.

1. BERDOA DISERTAI DENGAN ROJA’ (الدعاء مع الرّجاء)


Sebab pertama diantara sebab-sebab terbesar untuk mendatangkan maghfirah (ampunan) Allah Subhanahu wa Ta’ala yaitu berdoa dengan penuh pengharapan. Karena sesungguhnya doa yang datang dari hati yang benar-benar berharap rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala dan berharap karunia Allah Subhanahu wa Ta’ala itulah doa yang dijanjikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk dikabulkan, doa disertai dengan penuh pengharapan.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ ...

“Dan Tuhanmu berfirman:”Berdoalah kepadaKu, niscaya akan kuperkenankan permintaan kalian…”. (QS. Ghafir: 60).

Dalam ayat yang lain Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ ...

“Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku, maka katakanlah, bahwasanya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang-orang yang berdoa apabila ia memohon kepadaKu…”. (QS. Al Baqarah:186)

Doa merupakan sebab terkabulnya permintaan seorang hamba kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, tentunya dengan memperhatikan syarat-syarat doa tersebut, dan terhilangkannya hal-hal yang dapat menghalangi terkabulnya doa. Oleh karena itu kita ketahui bersama, bahwasanya terkadang dikabulkannya doa itu terlambat atau terkadang tidak dikabulkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, kenapa ? karena ada syarat-syarat yang tidak terpenuhi atau karena ada hal-hal yang menghalangi terkabulkannya doa tersebut. Dalam hadist qudsi ini Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: يَاابْنَ اٰدَمَ اِنَّكَ مَادَعَوْتَنِى وَرَجَوْتَنِى lihatlah disini bagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala mengatakan “Selama engkau berdoa kepadaKu, dan selama engkau berharap kepadaKu”, disini Allah menggabungkan antara doa dan harapan. Inilah doa yang dijanjikan Allah untuk untuk dikabulkan. Oleh karenanya Nabi Shallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:

ادْعُوا اللهَ وَ أَنْتُمْ مُو قِنُونَ بِالإِجَابَةِ، وَاعْلَمُوا أَنَّ اللهَ لَا يَسْتَجِيبُ دُعَاءً مِنْ قَلْبٍ غَافِلٍ لَاهٍ

“Berdoalah kalian kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan kalian dalam keadaan yakin bahwasanya Allah akan mengabulkan doa kalian. Ketahuilah, bahwasanya Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak akan mengabulkan doa dari hati yang lalai lagi bermain-main”.

Hal yang penting tatkala kita berdoa harus bisa menumbuhkan/menimbulkan harapan yang sangat besar dalam hati kita kepada Allah subhanahu wa Ta’ala. Adapun orang yang berdoa, kemudian dia berkata dalam dirinya:”Ya mungkin Allah mengabulkan, mungkin Allah tidak mengabulkan, siapa tahu Allah mengabulkan”. Tidak ada keyakinan dalam hatinya, maka bagaimana bisa dikabulkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala??? Padahal Allah telah mengatakan: اِنَّكَ مَادَعَوْتَنِى وَرَجَوْتَنِى selama engkau berdoa kepadaKu, dan selama engkau berharap kepadaKu, mengharapkan rahmatKu mengharapkan karuniaKu.

Oleh karenanya, harus digabungkan antara 2 (dua) perkara ini, berdoa dan yakin dengan penuh harapan bahwasanya Allah akan mengabulkan, dan penuh harapan akan rahmat Allah, akan maghfirah Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Oleh karena itu Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa sallam melarang seorang hamba tatkala berdoa dengan doanya: اللهُمَّ اغْفِرْلِى إِنْ شِأْتَ، اللهُمَّ ارْحَمْنِى إِنْ شِأْتَ, kalau ada seseorang berdoa:”Ya Allah ampunilah aku jika Engkau kehendaki, Ya Allah rahmatilah aku jika Engkau berkehendak…” ini namanya tidak ada harapan, tidak ada roja’ dalam dirinya, tidak diperbolehkan berdoa seperti ini. Kalau kita berdoa benar-benar berharap. وَلَكِنْ لِيَأْزِمَ الْمَسْاَلَة kata Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa sallam, hendaknya dia benar-benar minta kepada Allah subhanahu wa Ta’ala. Demikian juga, Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa sallam melarang seseorang yang berdoa kemudian menganggap bahwasanya doanya tidak dikabulkan. Ada orang mengatakan دَعَوْتُ دَعَوْتُ، وَلَمْ يُسْتَجَبْ لِىْ Ada orang yang berdoa mengatakan ya saya sudah berdoa, saya sudah sering berdoa tetapi tidak pernah dikabulkan oleh Allah, padahal bisa jadi doanya sebentar lagi akan dikabulkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kenapa??? Karena tatkala orang mengatakan demikian, rasa harapannya kepada Allah semakin berkurang, padahal Allah sangat mengharapkan tatkala kita berdoa menggabungkan antara doa dan harapan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

يُسْتَجَابُ لِاَحَدِكُمْ مَا لَمْ يَعْجَلْ، يَقُوْلُ: دَعَوْتُ رَبِّى، فَلَمْ يَسْتَجِبْ لِىْ

“Doa salah seorang diantara kalian akan dikabulkan selama tidak tergesa-gesa, ia berkata:”Aku telah berdoa, tapi belum dikabulkan”. (HR. Bukhari dan Muslim).

Oleh karena itu, maka hendaknya kita sebagai hamba-hamba Allah senantiasa memperbanyak berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, kemudian memperbanyak berharap kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala (roja’) senantiasa mengharapkan karunia Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena doa adalah مِفْتَحُ كُلِّ خَيْر (doa adalah pintu segala kebaikan), dan hendaknya kita senantiasa berharap ampunan Allah Subhanahu wa Ta’ala karena kita memang butuh akan ampunan Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk masuk ke dalam surganya Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa sallam tatkala ditanya tentang doa beliau, beliau mengatakan حَوْلَهَ نُدًدٍ artinya itulah doa yang kami senantiasa berputar-putar sekitarnya, yaitu doa seputar untuk mengharapkan ampunan Allah, untuk masuk ke dalam surganya Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Marilah kita perhatikan dalam hadist ini dimana Allah subhanahu wa Ta’ala berfirman غَفَرْتُ لَكَ عَلٰى مَاكَانَ مِنْكَ وَلَااُبَالِى “Aku akan mengampuni dosa-dosa yang ada pada dirimu dan Aku tidak perduli”, artinya betapapun besar dosa-dosa engkau betapapun engkau bergelimang dengan dosa-dosa yang sangat banyak Allah tidak perduli dan Allah akan mengampuninya. Maka dari itu, tatkala seseorang seseorang bergelimang dengan dosa-dosa yang sangat banyak janganlah ia berputus asa, dan janganlah ia menganggap perkara ini sangat besar dan menganggap Allah tidak akan mengampuni dosa-dosanya, tidak demikian halnya. Betapapun besar dosa seorang hamba, namun ingatlah semua itu ringan disi Allah semua itu kecil disisi Allah Subhanahu wa Ta’ala jika seorang hamba benar-benar mengharapkan rahmat dan ampunan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

2. ISTIGHFAR (MEMOHON AMPUNAN ALLAH)


Sebab yang kedua adalah beristighfar (minta ampun kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala), sebagaimana telah disebutkan dalam hadist qudsi ini Allah berfirman: يَاابْنَ اٰدَم لَوْ بَلَغَتْ ذُنُوبُكَ عَنَانَ السَّمَٓاءِ ثُمَّ اسْتَغْفَرْتَنِى، غَفَرْتُ لَكَ “Wahai anak Adam, kalau seandainya dosa-dosamu sampai kepada عَنَانَ السَّمَٓاءِ (bisa diartikan awan, bisa juga diartikan sejauh mata memandang), artinya sampai ke langit sejauh mata memandang. Artinya kalau dosa-dosamu kalau ditumpuk sampai ke awan atau sampai menjulang tinggi sejauh mata memandang, kemudian ثُمَّ اسْتَغْفَرْتَنِى lalu beristighfar kepadaKu/mohon ampun kepadaKu, غَفَرْتُ لَكَ maka aku akan mengampuni dosa-dosa engkau. Dan istighfar adalah طَلَبُ الْمَغْفِرَة artinya apa, berharap ampunan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, berharap agar kita tidak diadzab Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan berharap agar Allah subhanahu wa Ta’ala menyembunyikan dosa-dosa kita.

Di dalam alquran banyak ayat-ayat yang memerintahkan agar kita beristighfar kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala diantaranya firman Allah yang berbunyi:

اسْتَغْفِرُواْ رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُواْ إِلَيْهِ ...

Dan banyak ayat yang memuji orang-orang yang beristighfar kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala diantaranya:

…وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُواْ فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوٓاْ أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُواْ اللهَ فَاسْتَغْفَرُواْ لِذُنُوبِهِمْ

“Dan orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka…”

Istighfar ini memiliki faedah-faedah yang sangat banyak dan pengaruhnya sangatlah penuh barakah baik di dunia maupun akhirat. Di dunia misalnya sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّاراً ﴿١٠﴾ يُرْسِلِ السَّمَاء عَلَيْكُم مِّدْرَاراً ﴿١١﴾ وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَل لَّكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَل لَّكُمْ أَنْهَاراً ﴿١٢﴾

“Maka aku katakan kepada mereka: "Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula didalamnya) untukmu sungai-sungai”.


Kemudian di akhirat, sebagaimana sabda nabi Shallahu ‘alaihi wa sallam:

…طُوبَى لِمَنْ وَجَدَ فِي صَحِيفَتِهِ نَبْذَتً مِنَ الْاِسْتِغْفَارِ

“Beruntunglah orang yang mendapati kertasnya (laporan amalnya) banyak istighfar”.(HR. Ibnu Majah, dishahihkan oleh Albani).

3. TAUHID


Adapun sebab ke 3 (tiga) diantara sebab-sebab terbesar yang dapat mendatangkan ampunan Allah subhanahu wa Ta’ala adalah Tauhid, dan ia merupakan sebab terbesar. Karena barangsiapa yang meninggal dalam keadaan tidak bertauhid kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala maka sama sekali tidak ada baginya harapan untuk mendapatkan ampunan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menegaskan dalam firmanNya:

...إِنَّ اللهَ لاَ يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَن يَشَاءُ

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang selain dari syirik itu bagi siapa yang dikehendakiNya...”

Orang yang meninggal, sementara dia berbuat kesyirikan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan orang tersebut belum sempat bertaubat kepada Allah dari perbuatan syirik tersebut, maka orang tersebut tidak akan mendapat ampunan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena ampunan hanya diperuntukkan bagi mereka yang bertauhid kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Oleh karenanya tauhid merupakan sebab terbesar untuk mendapatkan ampunan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Dalam hadist ini Allah Subhanahu wa Ta’ala mengatakan:

يَاابْنَ اٰدَمَ، اِنَّكَ لَوْاَتَيْتَنِى بِقُرَابِ الْاَرْضِ خَطَايَا، ثُمَّ لَقِيْتَنِى لَا تُشْرِكُ بِى شَيْئًا، لَاَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَامَغْفِرَةً

“Wahai anak Adam, kalau seandainya engkau datang kepadaKu dengan membawa dosa-dosa sebesar bumi, kemudian engkau bertemu dengan Aku dalam keadaan tidak berbuat syirik kepadaKu sama sekali, maka Aku akan mendatangi engkau dengan ampunan pula sebesar bumi.”

Dalam hadist ini menjelaskan kepada kita, meskipun dosa yang dipikul oleh seseorang amatlah berat hingga sebesar bumi, akan tetapi tatkala seorang hamba tersebut tidak berbuat syirik sama sekali (artinya segala bentuk jenis kesyirikan dia jauhi, tidak dia lakukan) maka datanglah janji Allah berupa ampunan Allah sebesar bumi pula.

Download Kajian "Sebab Terbesar Diampuninya Dosa"(MP3) Download

Sumber: Muhadharah Syaikh Prof. DR. Abdurrozaq bin Abdulmuhsin Al Badr
Penerjemah: Ust. Firanda Andirja, MA
Publish: mukomukoshare.com

0 Response to "3 Sebab Terbesar Diampuninya Dosa"

Posting Komentar

Santun dalam berkomentar, cermin pribadi anda.