MUKOMUKOSHARE - Kehadiran si buah hati adalah moment yang sangat dinanti….
Pakaian bayi pun sudah disiapkan dalam lemari…
Bedak dan perlengkapan bayi juga sudah tertata rapi…
Setelah menunggu berbulan bulan hingga akhirnya hanya tinggal menunggu hari…
Akhirnya, pada HPL, sang anak pun terlahir ke bumi…….
Walaupun ia menangis dengan lengkingan bernada tinggi….
Tapi disambut oleh orang tuanya dengan senyum dan wajah berseri….
Rasa
sayang orang tua untuk anaknya sudah terhujam di dalam dada mereka.
Segala daya dan upaya akan dicurahkan untuk menjaga dan merawat anaknya.
Tidak
akan dibiarkan si anak merasa sakit walaupun sekejab; orang tuanya akan
berlari segera mencarikan obat; akan dipanggilkan dokter ataupun
perawat; segala agar sakit si anak segera minggat.
Untuk
pendidikan pun akan diusahakan memperoleh pendidikan yang paling
favorit; walaupun biayanya tinggi, orang tua tidak sedikitpun merasa
sulit; demi anaknya agar bisa meraih cita-cita setinggi langit; agar
masa depannya cerah, bahagia dan jadi orang berduit.
Bila
kita menempatkan diri sebagai orang tua yang sayang pada anak kita,
pastilah kita akan menjaga mereka dengan segenap jiwa raga kita.
Akan tetapi, cobalah sekarang kita bayangkan dan renungkan.
Bila
ajal menjemput kita; sedangkan anak yang kita tinggalkan masih belia;
masih butuh belaian orang tua; siapakah yang akan menjaga mereka??
Berikut ini adalah tips syariat cara menga anak kita walaupun kita sudah meninggal, yaitu:
Jadilah orang tua yang Sholeh
Dalam
Al Quran dikisahkan sebuah perjalanan tarbiyah yang dilakukan oleh Nabi
Musa dan Khaidir. Salah satu kejadian yang membuat Nabi Musa tercengang
dalam perjalanan itu adalah, ketika Khaidir memperbaiki tembok rumah
seseorang di sebuah kota, padahal kota itu kota yang asing bagi mereka
berdua, penduduknya tidak ada yang ramah, tidak mau menyambut mereka
sebagai tamu.
Tanpa kuat menahan rasa
penasarannya, Nabi Musa pun bertanya kepada Khaidir kenapa dia mau
bersusah payah memperbaiki rumah orang yang tidak dikenalnya.
Khaidirpun
menjawab Nabi Musa dengan penjelasannya bahwa tembok yang hampir roboh
itu adalah milik dua anak yatim yang belum baligh. Di bawah tembok itu
ada harta simpanan orang tua mereka yang sudah meninggal dunia. Khaidir
sengaja memperbaiki tembok itu agar tidak roboh, karena bila roboh maka
nanti harta tersebut akan terlihat oleh semua orang sehingga bisa
diambil oleh orang lain tanpa bisa dipertahankan oleh anak yatim
tersebut.
Allah Ta'ala berkehendak harta
terpendam tersebut tetap terjaga sampai kedua anak yatim itu dewasa
barulah mereka bisa memanfaatkan harta peninggalan bapak mereka.
Allah Ta'ala menjaga harta peninggalan orang tua anak yatim itu karena orang tua mereka adalah orang sholeh semasa hidupnya.
Kisah ini disebutkan dalam Al Quran surat Al Kahfi ayat 82.
Perhatikanlah sebuah hikmah dari kisah tersebut.
Karena kesholehan seorang bapak, Allah Ta'ala menjaga harta anaknya walaupun ia telah meninggal dunia.
Inilah
bentuk penjagaan orang tua terhadap anak mereka yang bisa dilakukannya
walaupun mereka telah mati. Yaitu, menjaga agama dan syariat Allah
Ta'ala semasa hidup mereka. Maka, Allah Ta'ala akan membalas mereka
dengan tetap akan menjaga anak mereka walaupun setelah mereka meninggal
dunia.
Senada dengan hikmah dalam ayat tadi, Rasulullah juga menyebutkan dalam haditsnya:
“Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu” (HR. Tirmizi)
Maksud
dari “menjaga Allah” adalah menjaga agamaNya; syariatNya; perintah dan
laranganNya; hukumNya; halal dan haram yang telah ditetapkanNya.
Di antara praktek “menjaga Allah” adalah:
Menjaga Sholat.
Allah berfirman:
{ حَافِظُوا عَلَى الصَّلَوَاتِ وَالصَّلاةِ الْوُسْطَى }
“Jagalah sholat-sholat kalian, dan juga sholat Asar” (QS. Al Baqarah: 238)
Menjaga janji dan sumpah.
Allah berfirman:
{ واحْفَظوا أَيْمَانَكُم }
“dan jagalah janji kalian” (QS. Al Maidah: 89)
Menjaga Kemaluan.
Allah Ta'ala Berfirman menyebutkan ciri-ciri orang mukmin hakiki. Di antaranya adalah:
وَالَّذِينَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ حَافِظُونَ
“mereka (orang mukmin hakiki) adalah orang yang menjaga kemaluan mereka” (QS. Al Mukminun: 5)
Menjaga lisan.
Rasulullah bersabda:
“barang
siapa bisa menjaga anggota tubuhnya yang berada di antara rahangnya
(lisan) dan di antara dua pahanya (kemaluan), maka akan masuk surga” (HR. Hakim)
Balasan yang akan didapat oleh orang “menjaga Allah” adalah: mendapatkan penjagaan dari Allah Ta'ala.
Di antara bentuk penjagaan Allah Ta'ala;
Dijaga jasmaninya dan maslahat dunianya.
Ibnu
Rajab Al Hambali berkata: “barang siapa yang menjaga Allah selama masa
mudanya dan ketika ia masih kuat, maka Allah Ta'ala akan menjaganya saat
ia sudah tua dan lemah kelak”
Dijaga amalannya dari perbuatan maksiat
Rasulullah bersabda:
“Allah
Ta'ala berkata, amalan yang paling aku cintai yang diamalkan oleh
hambaKu adalah perbuatan yang aku wajibkan. Apabila hambaKu senantiasa
melaksanakan amalan sunnah untuk mendekat padaKu, maka Aku akan
mencintai mereka. Jika Aku sudah cinta mereka, maka Aku akan menjaga
penderngarannya; penglihatannya; tangannya; dan kakinya”. (HR. Bukhari)
Penjagaan
anggota badan ini adalah dilimpahkannnya hidayat dan cahaya dari Allah
Ta'ala agar seluruh aktifitas anggota itu sesuai dengan petunjuk Allah
Ta'ala.
Dijaga anak dan keturunannya.
Inilah yang disebutkan dalam Al Quran di kisah Nabi Musa dan Khaidir tadi.
Ibnu
Munkadir berkata: “karena kesholehan seseorang, maka Allah Ta'ala akan
menjaga anaknya, juga cucunya, serta tetangga sekitarnya”
Said
bin Musayyib berkata pada anaknya, sungguh aku memperbanyak sholatku
bertujuan untuk dirimu. Semoga Allah Ta'ala menjaga dirimu karena amalan
sholatku ini.
Ternyata, masih ada kesempatan bagi kita sebagai orang tua untuk menjaga anak kita walaupun kita sudah meninggal dunia.
Marilah kita bertekat menjadi orang sholeh yang dicintai oleh Allah Ta'ala dan Rasul-Nya. Aamin.
Dipublish ulang oleh: Mukomukoshare
Sumber:
Penulis: Muhammad Yassir, Lc
PengusahaMuslim.com
0 Response to "Menjaga Anak Meski Orang Tua Sudah Wafat"
Posting Komentar
Santun dalam berkomentar, cermin pribadi anda.