Mukomukoshare.com - Di antara nikmat yang Allah berikan kepada hamba-hamba-Nya adalah dijadikannya waktu-waktu tertentu menjadi waktu-waktu yang diutamakan oleh Allah, sehingga kita sebagai hamba dianjurkan untuk memperbanyak amal pada waktu-waktu tersebut. Di antara waktu yang diutamakan oleh Allah adalah sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah (diperkirakan 1 Dzulhijjah 1435 bertepatan pada Jum’at, 26 September 2014 –red). Ada beberapa amalan yang kita dianjurkan untuk memperbanyak melakukannya pada sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah tersebut.
Keutamaan sepuluh Hari Pertama Bulan Dzulhijjah
Keterangan mengenai keutamaan sepuluh hari pertama Bulan Dzulhijjah
bisa kita dapati di dalam ayat Al Qur’an maupun di dalam hadits
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allah berfirman (yang artinya), “Dan demi malam yang sepuluh.” (QS. Al Fajr : 2)
Para ahli tafsir menjelasakan bahwa diantara makna ‘malam yang
sepuluh’ pada ayat tersebut adalah sepuluh hari pertama pada Bulan
Dzulhijjah. Dalam Tafsir Juz ‘Amma dikatakan makna sepuluh
malam terakhir tersebut adalah sepuluh hari pertama Bulan Dzulhijjah.
Memaknai kata ‘malam’ dengan makna ‘hari’ bukanlah penafsiran yang aneh
karena dalam bahasa arab terkadang kata ‘malam’ memang bisa dimaknai
dengan ‘hari’, dan kata ‘hari’ terkadang bisa dimaknai dengan ‘malam’.
Perlu diketahui, Allah tidaklah memilih sesuatu yang digunakan untuk
bersumpah kecuali sesuatu yang memiliki keutamaan atau keagungan. Dalam
ayat tersebut, Allah menggunakan sepuluh hari pertama Bulan Dzulhijjah
untuk bersumpah. Hal ini menunjukkan keutamaan dan keagungan sepuluh
hari pertama Bulan Dzulhijjah.
Adapun di antara hadits yang menunjukkan tentang keutamaan sepuluh
hari pertama Bulan Dzulhijjah adalah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu
‘Abbas, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak
ada hari dimana amal shalih pada saat itu lebih dicintai oleh Allah
daripada hari yang sepuluh ini (yaitu sepuluh hari pertama Bulan
Dzulhijjah).”
Para sahabat bertanya, “Tidak pula jihad di jalan Allah?”. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,
“Tidak pula jihad di jalan Allah, kecuali orang yang berangkat jihad
dengan jiwa dan hartanya namun tidak ada yang kembali satupun.” (HR. Bukhari)
Di antara penyebab diutamakannya sepuluh hari pertama Bulan
Dzulhijjah adalah karena di dalamnya terdapat hari ‘Arofah (tepatnya
pada 9 Dzulhijah). Hari ‘Arofah adalah hari yang sangat mulia di dalam
Islam, sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Di
antara hari yang Allah banyak membebaskan seseorang dari neraka adalah
hari ‘Arofah (yaitu untuk orang yang berada di ‘Arofah). Dia akan
mendekati mereka lalu akan menampakkan keutamaan mereka pada para
malaikat. Kemudian Allah berfirman : ‘Apa yang diinginkan oleh mereka?’ ” (HR. Muslim)
Dianjurkan Memperbanyak Amalan
Hendaknya setiap muslim dan muslimah menyibukkan diri pada sepuluh
hari pertama Bulan Dzulhijjah dengan banyak melakukan amal ketaatan
dalam rangka memanfaatkan kesempatan yang mulia ini. Setiap amalan yang
dilakukan pada waktu ini akan dilipatgandakan. Bahkan sebuah amalan yang
kurang utama pun jika dilakukan pada waktu ini akan menjadi amalan yang
utama. Mujahid mengatakan, “Amalan di sepuluh hari pada awal Bulan
Dzulhijah akan dilipatgandakan.”
Amalan-amalan yang Bisa Dilakukan
Berikut di antara amalan yang bisa kita lakukan pada sepuluh hari pertama Bulan Dzulhijjah :
Memperbanyak Puasa
Menurut penuturan para Istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau
biasa melakukan puasa pada sepuluh hari pertama Bulan Dzulhijjah, dan
ini menjadi kebiasaan rutin beliau. Sebagaimana dikisahkan dalam sebuah
hadits yang diriwayatkan dari Hunaidah bin Kholid, bahwasanya
istri-istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa pada sembilan hari awal Dzulhijah” (HR. Abu Dawud)
Melaksanakan Puasa ‘Arofah
Di antara puasa-puasa pada sepuluh hari tersebut ada puasa yang
dinamakan dengan puasa ‘Arofah. Puasa ‘Arofah adalah puasa yang
dilaksanakan bertepatan dengan waktu wukufnya para jamaah haji di
‘Arofah. Berpuasa pada hari ‘Arofah adalah amalan yang sangat besar
keutamaannnya, sebagaimana disabdakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Puasa ‘Arofah dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang. Puasa ‘Asyuro (sepuluh Muharram) akan menghapuskan dosa setahun yang lalu.” (HR. Muslim)
Dan perlu diingat, anjuran untuk melakukan puasa ‘Arofah hanyalah
bagi kaum muslimin yang tidak melaksanakan haji. Adapun bagi yang sedang
berhaji maka puasa tersebut tidak dianjurkan.
Memperbanyak Do’a
Diantara amalan yang dianjurkan pula untuk diperbanyak pada sepuluh
hari pertama Bulan Dzulhijjah adalah do’a, terlebih pada hari ‘Arofah.
Hal ini berdasarkan hadits yang telah dibawakan di atas dan juga
berdasarkan sebuah hadits dari ‘Amr bin Syu’aib bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sebaik-baik do’a adalah do’a pada hari ‘Arofah.” (HR. Tirmidzi, hasan)
Bertahlil, Bertakbir, dan Bertahmid
Sahabat Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma mengisahkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak
ada hari yang paling agung dan amat dicintai Allah untuk berbuat
kebajikan di dalamnya daripada sepuluh hari (Dzulhijjah) ini. Oleh karena itu, perbanyaklah pada saat itu tahlil, takbir, dan tahmid.” (HR. Ahmad)
Maka kaum muslimin dianjurkan untuk bertahlil, bertakbir, dan
bertahmid pada hari-hari tersebut dengan perorangan, tidak dengan
berjamaah, karena itulah yang dilakukan oleh sahabat dan tabi’in. Adapun
di antara lafazh yang bisa digunakan adalah : Allāhu Akbar, Allāhu Akbar, Lā Ilāha Illallāhu wallāhu Akbar, Allāhu Akbar wa Lillāhil ḥamdu.
Melaksanakan Ibadah Haji Dan Umroh
Syaikh ‘Abdullah bin ‘Abdurrahman Al Jibrin berkata, “Amal ini (haji
dan umroh) adalah amal yang paling utama, berdasarkan berbagai hadits
shahih yang menunjukkan keutamaannya, antara lain adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Dari
umrah ke umrah adalah penghapus (dosa-dosa yang dikerjakan) di antara
keduanya, dan haji yang mabrur balasannya tiada lain adalah surga” (HR. Bukhari dan Muslim)
Berkurban
Dianjurkan bagi kaum muslimin untuk berkurban pada pada hari raya ‘iedul adha (10 Dzulhijjah) dan hari-hari tasyriq (11–13 Dzulhijjah). Diriwayatkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
berkurban dengan menyembelih dua ekor domba jantan berwarna putih dan
bertanduk. Beliau sendiri yang menyembelihnya dengan menyebut nama Allah
dan bertakbir, serta meletakkan kaki beliau di sisi tubuh domba itu”.(HR. Bukhari dan Muslim)
Tidak Mencabut atau Memotong Rambut dan Kuku bagi yang Hendak Berkurban
Amal ini disyari’atkan khusus bagi kaum muslimin yang hendak berkurban. Diriwayatkan dari Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika
kamu melihat hilal Bulan Dzulhijjah dan salah seorang di antara kamu
ingin berkurban, maka hendaklah ia menahan diri dari (memotong) rambut
dan kukunya”.(HR Muslim)
Larangan ini hanya dikhususkan bagi orang yang hendak berkurban saja,
tidak termasuk istri dan anak-anaknya, kecuali jika masing-masing dari
mereka berkurban. Diperbolehkan menyisir rambut meskipun terdapat
beberapa rambutnya yang rontok.
Melaksanakan Shalat Idul Adha dan Mendengarkan Khutbahnya
Idul Adha adalah hari besar Islam yang hanya ada setahun sekali. Pada
hari tersebut kaum muslimin disyariatkan untuk melaksanakan solat ‘Ied
secara berjamaah dan mendengarkan khutbah. Maka sepatutnya bagi kaum
muslimin untuk tidak melewatkan kesempatan setahun sekali ini.
Banyak Beramal Shalih
Dianjurkan pula untuk mengamalkan ibadah-ibadah sunnah lainnya,
seperti memperbanyak shalat sunnah, bersedekah, membaca Al Qur’an, amar
ma’ruf nahi munkar, dan lain sebagainya. Sebab amalan-amalan tersebut
pada sepuluh hari tersebut akan dilipatgandakan pahalanya. Tentu selama
amalan itu ikhlas karena Allah dan dituntunkan oleh Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Penutup
Demikian banyaknya amalan yang bisa kita lakukan pada sepuluh hari
pertama Bulan Dzulhijjah. Semoga kita diberi semangat dan kesempatan
oleh Allah Ta’ala untuk bisa melakukannya dan tidak menyia-nyiakan kesempatan yang telah diberikan-Nya. Aamiin.
Rujukan : Taisir Karimirrohman fii Tafsir Kalamil Mannan Karya Syaikh ‘Abdurrahman As Sa’di, Tafsir Juz ‘Amma Karya Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin, dan Fadhlu Ayyami ‘Asyr Dzil Hijjah wal A’mal Waridah Fiiha Karya Syaikh ‘Abdullah Al Jibrin (diunduh dari http://www.saaid.net/ mktarat/ hajj/4.htm)
(http://buletin.muslim.or.id/)
0 Response to "Amalan di Bulan Dzulhijjah"
Posting Komentar
Santun dalam berkomentar, cermin pribadi anda.