Mukomukoshare.com - Tuma’ninah Dalam Shalat
Di antara kesalahan besar yang terjadi pada sebagian orang yang shalat: tidak tuma’ninah ketika shalat. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menganggapnya sebagai pencuri yang paling buruk, sebagaimana disebutkan dalam Musnad Imam Ahmad dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, bahwa beliau bersabda,
أَسْوَأُ النَّاسِ
سَرِقَةً الَّذِي يَسْرِقُ مِنْ صَلاَتِهِ، قَالُوْا: يَا رَسُوْلَ اللهِ
وَكَيْفَ يَسْرِقُ مِنْ صَلاَتِهِ؟ قَالَ: لاَ يُتِمُّ رُكُوْعُهَا وَلاَ
سُجُوْدُهَا.
“Sejahat-jahat pencuri adalah yang mencuri dari shalatnya”. Para
sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana mencuri dari sholat?”.
Rasulullah berkata, “Dia tidak sempurnakan ruku dan sujudnya” (HR Ahmad no 11532, dishahihkan oleh al Albani dalam Shahihul Jami’ 986)
Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menganggap perbuatan mencuri dalam shalat ini lebih buruk dan lebih parah daripada mencuri harta.
Tuma’ninah ketika mengerjakan shalat adalah bagian dari rukun shalat, shalat tidak sah kalau tidak tuma’ninah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berkata kepada orang yang shalatnya salah,
إِذَا قُمْتَ إِلَى
الصَّلَاةِ فَكَبِّرْ ثُمَّ اقْرَأْ مَا تَيَسَّرَ مَعَكَ مِنْ الْقُرْآنِ
ثُمَّ ارْكَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ رَاكِعًا ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى
تَعْتَدِلَ قَائِمًا ثُمَّ اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا ثُمَّ
ارْفَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ جَالِسًا ثُمَّ اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ
سَاجِدًا ثُمَّ افْعَلْ ذَلِكَ فِي صَلَاتِكَ كُلِّهَا
“Jika Anda hendak mengerjakan shalat maka bertakbirlah, lalu
bacalah ayat al Quran yang mudah bagi Anda. Kemudian rukuklah sampai
benar-benar rukuk dengan tumakninah, lalu bangkitlah (dari rukuk) hingga
kamu berdiri tegak, setelah itu sujudlah sampai benar-benar sujud
dengan tumakninah, lalu angkat (kepalamu) untuk duduk sampai benar-benar
duduk dengan tumakninah, setelah itu sujudlah sampai benar-benar sujud,
Kemudian lakukan seperti itu pada seluruh shalatmu” (HR Bukhari 757 dan Muslim 397 dari sahabat Abu Hurairah)
Para ulama mengambil kesimpulan dari hadits ini bahwa orang yang
ruku’ dan sujud namun tulangnya belum lurus, maka shalatnya tidak sah
dan dia wajib mengulangnya, sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang berkata kepada orang yang tata cara shalatnya salah ini, “Ulangi shalatmu, sejatinya Anda belumlah shalat”.
Amat banyak hadits-hadits Nabi yang memerintahkan untuk mendirikan
dan menyempurnakan shalat serta memperingatkan agar berhati-hati kalau
tidak tumakninah dalam shalat dan berhati-hati agar tidak terlewat
rukun-rukun dan hal-hal yang wajib dilakukan dalam sholat. Di antara
hadits-hadits tersebut –selain yang sudah disebutkan sebelumnya- adalah:
Pertama, hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim dari sahabat Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَتِمُّوا الرُّكُوعَ وَالسُّجُودَ
“Sempurnakanlah ruku’ dan sujud” (HR Bukhari 6644 dan Muslim 4525)
Yang namanya menyempurnakan, mesti harus dengan tumakninah/tenang.
Kedua, dalil lainnya adalah hadits yang diriwayatkan oleh Imam
Ahmad dan Ibnu Majah dengan sanad yang shahih dari Ali bin Syaiban yang
mengatakan, “kami pernah shalat di belakang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
kemudian beliau melirik kepada seorang yang sholatnya tidak tegak
(yaitu tidak lurus tulang punggungnya) dalam ruku dan sujud. Setelah
selesai sholat, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
يا معشر المسلمين لاَ صَلاَةَ لِمَنْ لَمْ يُقِمْ صُلْبَهُ فِى الرُّكُوْعِ والسُّجُوْدِ
“Wahai kaum muslimin, tidak ada shalat bagi mereka yang tidak menegakkan punggungnya ketika ruku’ dan sujud’” (HR Ahmad 16297, Ibnu Majah 871 dan dishahihkan oleh al Albani dalam Shahihul Jami’ 7977)
Yakni tidak meluruskan tulang punggungnya ketika ruku’ dan sujud.
Hadits ini adalah dalil bahwa berdiri, duduk dan tumakninah adalah rukun
dalam sujud dan sholat.
Ketiga, Abu Ya’la meriwayaktan dalam Musnad-nya dengan sanad yang hasan, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
melihat seorang lelaki yang sedang sholat namun tidak menyempurnakan
ruku’nya dan seperti ayam yang sedang mematuk dalam sujudnya (karena
cepat sujudnya –pent). Maka beliau bersabda,
لَوْ مَاتَ هَذَا عَلَى ما هو عليه مَاتَ عَلَى غَيْرِ مِلَّةِ مُحَمَّدٍ
“Kalau orang ini mati dengan kondisi sholat yang demikian, maka dia mati bukan di atas ajaran Muhammad” (Musnad Abu Ya’la No 7184, diriwayatkan oleh ath Thabrani dalam al Kabiir No 3840, dihasankan oleh al Albani dalam Shifat ash Shalah halaman 131)
Ini adalah ancaman yang sangat keras, orang yang melakukan perbuatan
tersebut dikhawatirkan akan mati dalam keadaan suul khaitmah, mati tidak
di atas Islam, wal’iyadzubillah.
Keempat, Imam Ahmad dan selainnya meriwayatkan sebuah hadits dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu yang mengatakan, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkanku 3 perkara dan melarangku 3 perkara:
ونَهَانِي عَنْ نَقْرَةٍ كَنَقْرَةِ الدِّيكِ، وإِقْعَاءٍ كَإِقْعَاءِ الكَلْبِ، والْتِفَاتٍ كَالْتِفَاتِ الثَّعْلَبِ
Beliau melarangku sujud dengan cepat seperti ayam mematuk, duduk seperti duduknya anjing, dan menoleh-noleh seperti rusa (HR Ahmad 8106, Dihasankan oleh Syaikh al Albani dalam Shahih at Targhib 555)
Kelima, hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam
Shahih Bukhari, bahwa suati ketika Hudzaifah bin Yaman melihat seseorang
yang tidak sempurna ruku’ dan sujudnya. Ketika orang ini selesai
shalat, Hudzaifah berkata kepadanya, “Sholat macam itu?” kemudian
kiranya Hudzaifah berkata, “Seandainya engkau mati, engkau mati bukan
diatas sunnah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam”. Dalam riwayat lain, “Seandainya engkau mati, engkau mati tidak diatas fitrah yang Allah fitrahkan untuk Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam” (Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Shahih Bukhari 791)
Keenam, hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan selainnya dari sahabat Thalaq bin Ali radhiallahu ‘anhu, beliau mengatakan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:
لَا يَنْظُرُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلَى صَلَاةِ عَبْدٍ لَا يُقِيمُ فِيهَا صُلْبَهُ بَيْنَ رُكُوعِهَا وَسُجُودِهَا
“Allah tidak akan melihat seorang hamba yang tidak meluruskan tulang punggungnya ketika ruku’ dan sujud” (HR Ahmad 16283, Al Albani menganggap sanadnya baik dalam Ash Shahihah 2536)
Ketujuh, Imam Muslim meriwayatkan dalam Shahih Muslim dari Aisyah radhiallahu ‘anha, beliau berkata, “Dahulu
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kalau beliau bangkit dari
ruku’, beliau tidak turun sujud sampai benar-benar berdiri. Apabila
beliau bangkit dari sujud, beliau tidak sujud kembali sampai benar-benar
duduk dengan tegak” (Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahih Muslim 498)
Sesungguhnya hadits yang memerintahkan untuk
menjaga sempurnanya ruku’, sujud dan ketika bangkit dari ruku’ atau
sujud, serta hadits yang menunjukkan bahwa hal tersebut adalah rukun
shalat dan shalat tidak sah jika hal tersebut terluput, haditsnya sangat
banyak. Hadits-hadits tersebut tercantum dalam buku-buku hadits,
seperti Shahih Bukhari, Muslim, Sunan Arba’ah (Abu Daud, Tirmidzi,
Nasa’i dan Ibnu Majah) dan kitab-kitab lainnya, seperti hadits-hadits
yang telah kita sebutkan sebelumnya.
Maka kewajiban setiap muslim untuk menjaga
tuma’ninah sesempurna mungkin. Dia wajib menyempurnakan ruku’ nya,
i’tidalnya, sujudnya dan ketika duduk di antara dua sujud. Dia kerjakan
hal tersebut dengan lengkap dan sempurna dalam semua shalatnya. Dia
kerjakan dengan tata cara yang diridhai oleh Rabbnya, dengan niat
mengamalkan petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam serta berpegang teguh kepada sunnahnya, beliau bersabda
صَلُّوا كما رَأَيْتُمُونِي أُصَلِّي
“Shalatlah kalian sebagaimana melihat aku shalat” (HR Bukhari 631, 6008, 7246 dari sahabat Malik bin Huwairits rahiallahu ‘anhu).
“Di antara hal yang mengherankan ada seseorang di rumahnya, kemudian
dia mendengar azan, kemudian dia langsung bersiap-siap, keluar rumah
menuju masjid untuk mengerjakan shalat dan tidak mau apa-apa lagi selain
untuk shalat. Boleh jadi dia keluar untuk sholat tersebut di malam yang
hujan, gelap, melewati lumpur yang becek, melewati genangan air. Bahkan
boleh jadi dia keluar di malam yang dingin dan selama di perjalanan ada
binatang buas seperti kalajengking atau singa. Mungkin juga dia dalam
kondisi sakit atau lemah, namun dia tetapi dia tetap bersikeras keluar
ke masjid. Tentunya hal ini karena dia amat mengutamakan dan mencintai
shalat, sampai-sampai dia keluar rumah dalam keadaan seperti ini hanya
untuk shalat di masjid, tidak ada tujuan lainnya.
Namun, ketika dia masuk masjid dan mulai bergabung untuk sholat
bersama imam, maka syaitan melancarkan tipu dayanya. Dia mendahului imam
dalam ruku’, sujud, i’tidal dan duduk di antara dua sujudnya. Syaitan
melancarkan tipu dayanya untuk membatalkan shalat orang ini, untuk
menghapuskan amalanya. Maka jadilah orang ini keluar dari masjid dan
shalatnya tidak teranggap sama sekali.
Yang mengherankannya lagi, tidak ada satupun dari orang yang shalat
di belakang imam tersebut yang menyelesaikan shalatnya sebelum imam
selesai, mereka menunggu imam sampai imam mengucapkan salam. Padahal,
mereka –kecuali yang dirahmati Allah- telah mendahulu imam dalam sujud,
ruku’, i’tidal dan duduk di antara dua sujudnya, sebagai tipu daya
syaitan kepada mereka serta bentuk menganggap enteng dan merendahkan
shalat dari dalam diri mereka” (Disadur dari kitab Ash Shalah karya Imam Ahmad, gambaran ini terdapat dalam kitab Thabaqat Hanaabilah 1/353).
Berdasarkan hadits-hadits Rasulullah yang telah kami sebutkan
sebelumnya, para ulama kaum muslimin telah bersepakat bahwa menegakkan
badan dala ruku’, sujud, i’tidal dan duduk antara dua sujud adalah
sesuatu yang wajib dalam shalat, bahkan merupakan rukun shalat. Apabila
seorang yang shalat tidak melakukannya, maka shalatnya batal dan dia
wajib mengulang shalat.
Pendapat yang disampaikan para ulama tentang masalah ini amatlah
banyak, tak mungkin kita bawakan satu persatu di sini. Namun saya
cukupkan untuk membawakan salah satu pendapat mereka yaitu pendapat
seorang Imam besar yaitu Imam Abu Yusuf (salah satu murid Imam Abu
Hanifah rahimahumallah). Imam Abu Yusuf ini mengatakan, “meluruskan badan (yaiu tuma’ninah
dalam ruku’ dan sujud, demikian pula menyempurnakan i’tidal dan duduk
di antara dua sujud) hukumnya wajib dalam shalat. Shalat akan batal
kalau hal tersebut ditinggalkan”. Ucapan ini dibawakan oleh para ulama
(di antaranya adalah Syaikh Sulaiman bin Abdillah bin Muhammad bin Abdil
Wahhab dalam kitabnya At Taudhih ‘an Tauhiid Al Khallaq, 260-261).
Sesungguhnya kewajiban seorang muslim adalah menjaga sholatnya dengan
sesempurna mungkin. Dia kerjakan dengan sempurna syaratnya, rukunnya,
hal-hal wajibnya dan hal-hal yang sunnahnya. Allah ta’ala berfirman:
قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ
“Sungguh beruntung orang-orang yang beriman, yaitu mereka yang khusyu’ dalam shalatnya” (QS. Al Mukminun: 1-2)
حَافِظُوا عَلَى الصَّلَوَاتِ وَالصَّلَاةِ الْوُسْطَى وَقُومُوا لِلَّهِ قَانِتِينَ
“Peliharalah semua shalat(mu), dan (peliharalah) shalat Ashar. Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu’” (QS. Al Baqarah: 238)
فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّينَ الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ
“Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya” (QS. Al Ma’un: 4 – 5)
Ibnu Katsir mengatakan ketika menafsirkan ayat
الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ
“(yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya” (QS. Al Ma’un: 5)
Yaitu lalai dari waktu-waktu awalnya, dalam setiap sholatnya (atau
dalam sebagian besar sholatnya) dia selalu mengakhirkan dari waktunya.
Atau dia lalai menyempurnakan rukun dan syaratnya sesuai yang
diperintahkan. Atau dia lalai untuk khusyu’ dan lalai memahami bacaan
shalatnya, maka kata “lalai” ini mencakup hal tersebut. Setiap orang
yang memiliki sebagian sifat lalai tersebut, maka dia punya bagian dari
penyebutan ayat ini. Terlebih lagi orang yang benar-benar memiliki semua
sifat tersebut dalam shalatnya, maka dia adalah orang yang benar-benar
lalai bahkan munafik dalam amalannya (Tafsir Ibnu Katsir 8/493).
Semoga Allah melindungi kita dari keburukan tersebut, dan semoga
Allah memberi taufik kepada kita untuk beramal dengan kitabNya dan
berpegang teguh dengan sunah NabiNya. Semoga Allah menjadikan kita orang
yang menunaikan shalat dan memperhatikan rukun, syarat dan segala yang
wajib dikerjakan dalam shalat. Semoga Allah menerima segala perkataan
baik dan amal shalih kita serta mengampuni kekeliruan, kekurangan dan
ketergelinciran kita. Sesungguhnya Dia adalah Zat Yang Maha Pengampun
dan Maha Penyayang.
(Muslim.or.id)
0 Response to "Awas, Ada Pencuri di Dalam Shalat !"
Posting Komentar
Santun dalam berkomentar, cermin pribadi anda.